Nama
Mekongga berasal dari cerita rakyat yang kisahnya tentang pertempuran seorang
ksatria dan seekor burung elang. Menurut hikayat dahulu gunung ini dihuni oleh
Kongga, yaitu seekor burung raksasa. Burung ini sangat meresahkan masyarakat
sekitar karena sering membuat onar, hingga muncullah seorang bangsawan gagah
berani yang berhasil menewaskan burung raksasa. Sebagai balasan atas
keberaniannya, raja setempat menikahkan putrinya dengan bangwasan dan untuk
mengenang jasa besar ini kawasan tersebut diberilah nama Mekongga.
Gunung
yang membentang di sisi utara wilayah
kabupaten kolaka utara ini, merupakan jajaran pegunungan Verbeck yang
puncak-puncaknya terdiri dari jenis batuan karst dataran tinggi. dengan puncak
tertinggi 2.790 meter dpl, gunung ini merupakan gunung tertinggi di Provinsi
Sulawesi Tenggara. Secara geologis wilayah pegunungan ini terbentuk dari atol
yang terangkat sekitar ratusan juta tahun yang lalu. Fenomena ini kemudian
memberi ruang bagi jenis flora dan fauna yang khas yang kemudian menjadi biota
endemic yang hanya terdapat di wilayah ini.
baca juga: tempat wisata pantai taipa kendari sulawesi tenggara
baca juga: tempat wisata pantai taipa kendari sulawesi tenggara
Gunung
Mekongga, juga ideal untuk kegiatan trekking. Untuk menuju kesana dimulai dari
Kota Kendari yang merupakan ibukota Sulawesi Tenggara, kemudian dari sana
dilanjutkan dengan menggunakan angkutan bus dengan tarif Rp.50.000,- per orang
menuju Kecamatan Ranteangin, Kabupaten Kolaka Utara. Waktu tempuh Kendari
- Kolaka Utara adalah sekitar 6 jam melewati jalan poros propinsi yang cukup baik.
Setelah
itu menuju Desa Tinukari sekitar satu jam. Dari Desa Tinukari pegunungan
Mekongga terlihat cukup jelas. Desa yang dihuni oleh suku Tolaki Mekongga yang
merupakan turunan dari kerajaan Mekongga. Jalur pendakian hanya ada desa
Tinukari ini.
Camp satu- Perjalanan
dimulai setelah menyelusuri jalan aspal desa, lalu ke jalan setapak melalui
perkebunan kakao warga. Beberapa menit kemudian para pendaki akan menemukan
sebuah sungai dengan lebar sekitar 10 meter dan arusnya cukup deras.
Melewati sungai harus melalui jembatan titian dan ada juga perahu rakit milik
warga. Sungai yang dilalui merupakan percabangan dua besar masing-masing
sungai Mosembo dan sungai Tinukari.
Selepas
daerah sungai ini, para pendaki akan melalui jalan setapak di hutan dengan
jalur yang cukup menanjak. Sepanjang perjalanan, akan banyak dijumpai tanaman
rotan dan tanaman sejenis perdu. Sekitar 2 jam perjalanan, berikutnya akan
ditemui jalan yang dulu dibuat perusahaan PT HBI, yaitu sebuah perusahaan kayu
yang beroperasi tahun 1996. Perusahaan ini ditutup setelah mendapat protes keras
dari masyarakat akibat kerusakan lingkungan yang ditimbukannya.
Sepanjang
jalan ini tampak sudah tertutup semak belukar serta banyak ditemukan
kotoran sapi. Konon sapi-sapi ini milik DI/TII dulu. Sapi-sapi tersebut sengaja
dilepas di hutan ini sebagai ransum para tentara DI/TII jaman perang. Saat
mencapai camp satu, kita akan menemukan sebuah pondok kayu milik pencari
rotan yang berada pada ketinggian 490 m dpl. Waktu tempuh dari desa Tinukari ke
camp satu sekitar 7 jam.
Jalur
pendakian camp satu ke camp dua masih menggunakan jalur jalan PT HBI. Camp dua
sendiri berada berada pada ketinggian 1.480 m dpl.m dpl. Di lokasi
ini panorama mulai terbuka luas. Disekitar kawasan banyak ditemukan vegetasi
tumbuhan kayu, perdu, lumut dan kantong semar. Di sisi timur punggung-punggung
pegunungan Mekongga.
Setelah
meninggalkan jalur logging PT HBI, para pendaki akan menyaksikan gunung
Mosembo diketinggian 1.900 m dpl. Jalur pendakian sedikit berliku
dan naik turun punggungan. Para pendaki harus benar-benar jeli agar tidak salah
menaiki punggungan, karena bentuk punggungan gunung ini cukup mirip. Dari jalan
setapak para pendaki akan mencapai daerah bebatuan yang di sebut Musero-sero
diketinggian 2.320 m dpl.
Daerah
Mosero-sero ini, oleh penduduk setempat diyakini merupakan pusat kerajaan jin.
Disini terdapat sebuah batu yang seperti meriam dan moncongnya menghadap arah
kiblat. Di daerah ini dapat disaksikan tebing-tebing batu yang kokoh.
Setelah sehari berjalan baru para pendaki akan mencapai camp tiga. Di camp tiga
ini lokasinya berupa dataran seluas lapangan bulu tangkis yang berada di puncak
bukit. Ketinggiannya mencapai 2.520 m dpl. Nah, dari Camp III inilah pendaki
akan melihat dengan jelas puncak gunung mekongga yang agung.
Puncak
gunung Mekongga berupa batuan gamping, untuk menuju kesana harus beberapa kali
berpindah punggungan dengan cara melipir. Mendekati puncak para pendaki akan
dihadapkan oleh sebuah tebing curam, tidak ada jalan lain menuju puncak
mekongga selain harus memanjat tebing. Tantangan cukup sulit dan butuh tehnik
tinggi dan ekstra hati-hati karena bebatuan tebing di sana cukup rapuh dan
mudah lepas. Puncak Mekongga sendiri berupa hamparan bebatuan tajam yang cukup
luas. Sejumlah Mahasiswa Pencinta Alamdi sulawesi tenggara kerap menjadikan
Gunung Mekongga sebagai lakosi pendakian, bahkan dari mereka jalur pendakian
dirintis sejak tahun 1990-an.
Tidak ada aturan khusus untuk mendaki gunung
ini, tapi ada baiknya anda melengkapi diri dengan surat jalan dari organisasi
atau bila perlu dari kepolisian tempat asal. Selebihnya kita cukup minta ijin
pada Kepala Desa Tinukari.
Sumber
referensi: dari berbagai sumber
Kereeen๐๐๐
ReplyDelete